"Aisyah itu sangat pencemburu, kalau mau mencontoh istri yang pencemburu contohlah Aisyah, begitu cemburunya sampai ada-lah beberapa perilaku Aisyah itu yang menyedihkan hati Nabi, kadang-kadang cemburunya disusul dengan manuver-manuver, manuver itu apa bahasa....bahasa arabnya Makar, disusul dengan beberapa makar. pernah datang seorang perempuan, kalau saya tidak salah namanya juwairiyah, dia adalah anak seorang pemimpin yang kemudian bergabung masuk Islam, dan pemimpin itu menghadiahkannya kepada Nabi shallallahu alihi wa alihi wasallam.
Dalam Al-Qur'an kan ada ayat "Dan Kalau Perempuan itu menghadiahkan dirinya kepdamu hai Nabi, Jadi bolehlah Nabi memilihnya kalau ia kehendaki" waktu itu Aisyah membaca wahyu itu kemudian dia datang menemui Nabi 'Betapa cepatnya Tuhanmu memenuhi hawa nafsumu' jadi itu dikatakannya kepada Nabi, bayangkan jadi itu seorang Nabi mau berhadapan dengan seorang istri yang melakukan blasfemi, jadi blasfemi itu, saya mohon maaf saya emang agak ilmiah, Blasfemi itu ucapan-ucapan yang merendahkan Tuhan yang diucapkan sebetulnya oleh orang-orang kafir,
di rumah ada sebuah buku yang berjudul “Sejarah Blasfemi Sepanjang
Zaman sejak zaman yunani dulu sampai zaman modern, orang-orang yang
mengecam dan mencaci Tuhan, tentu saya tidak ingin memasukkan Aisyah dalam salah satu riwayat itu, tapi dia itu berkata kepda Rasulullah karena cemburunya, “Betapa cepatnya Tuhan memenuhi hawa nafsumu”
ceritanya nih Juwairiyah itu datang, dan sudah menyebar berita tentang kecantikan Juwairiyah itu, dan seperti biasa Aisyah merasa tidak enak, sama ketika Rasulullah mau menikah dengan ummu salamah dan menyebarlah berita tentang kecantikan ummu salamah, kata Aisyah, ‘Fahazintu Huznan Syadida’
‘Aku merasa sedih luar biasa’ karena Rasulullah ingin menikah dengan
ummu salamah yang dikenal cantik dan masih muda lagi, Cuma punya 2 atau 3
orang anak, jadi Ummu Salamah itu luar biasa, dari yang cantik jelita dan masih muda berubah dalam cerita kaum muslimin di Indonesia menjadi perempuan tua yang wajahnya jelek, sampai ia menyerahkan haknya katanya kepada Aisyah, karena ia tidak bisa melayani Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam, itu cerita di Indonesia. Saya enggak tahu sumbernya dari mana, kayaknya dari imajinasi para ustadz yang tidak pernah kering.
Jadi pada waktu itu
Asiyah sangat tidak enak mendengar Rasulullah menikah dengan Ummu
Salamah, kemudian kata Aisyah sendiri, ‘Lalu aku mencoba mencari tahu’,
ia mencoba ingin
bertemu dengan Ummu Salamah ‘Fa Idzan’
kata Aisyah ‘Tiba-tiba aku saksikan bahwa Ummu Salamah lebih cantik
dari apa yang diberitakan orang’, jadi diberitakan orang cantik dia,
begitu melihatnya ia lebih cantik dari apa yang diceritakan orang, ‘Ajmalu mimma aushafuh’ ‘Lebih cantik dari apa yang mereka sifatkan tentang Ummu Salamah’
Aisyah itu adalah orang yang sangat pencemburu, dan ketika ia datang, ditemuinya Juwiriyah itu dengan baik dia temui, dan ketika bertemu dengannya, berbaik-baikanlah, pura-pura baik,
kemudian dia berkata, ‘nantinya kalau kamu sudah menikah dengan Nabi
dan misalnya Nabi mau mendekati kamu atau menyentuh kamu, nabi itu paling seneng jika kamu mengucapkan doa ini ‘A’udzu Billahi Minka’ ‘Aku berlindung kepada Allah daripada engkau’, lalu setelah itu, begitu mendengar itu dan ketika berdua bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
Rasulullah mau memegeng tangannya ia berkata seperti yang diajarkan
Aisyah ‘Aku berlindung kepada Allah daripada engkau’ dan kemudian
Rasulullah mengirimkan Juwairiyah kepada keluarganya kembali dan katanya dia meninggal karena penderitaan hatinya, ditolak oleh Rasulullah , disuruh pergi, itu karena makarnya.
Karena itu di dalam Al-Qur’an Inna Kaidasy Syaithoni Kana Dha’ifa ‘Tipuan setan itu lemah’ tapi tentang perempuan Inna Kaidakunna La’azhim dalam
surat Yusuf ‘Sesungguhnya tipuan kalian itu dahsyat’
perempuan-perempuan itu dahsyat dan setan aja lemah, tipuan perempuan
jauh lebih dahsyat dari tipuan setan.”
Kemudian Jalal melanjutkan
“Dan ini mungkin ini
agak mengejutkan kepada anda karena cerita ini tidak sama dengan cerita
yang didengar oleh para ustaz yang lain, tapi mau diberitahukan atau
tidak ya? Pokoknya di antara istri rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam, saya lagi mencari kata-kata yang paaaling halus (begitu intonasi suaranya), ……..Aisyah itu perempuan yang tidak begitu cantik, jadi berbeda dengan riwayat kita bahwa Aisyah adalah istri Nabi yang paling cantik, kulitnya item, dan dia sering menghias wajahnya dengan akar kayu yang kemerah-merahan untuk memerahi sebagaimana kebiasaan orang-orang kulit hitam
sampai sekarang menghiasi mukanya dengan ….(tidak jelas)…dan Aisyah
senangnya dengan sejenis kayu pencelup yang kalau diusapkan dan
dogosokkan di sini (pipi) akan menjadi merah, sehingga kayu itu disebut Humairo, kayu
yang kemerah-merahan dan Rasulullah memanggil Aisyah dengan tanda
kemerah-merahan di wajahnya karena bekas goresan kayu itu, jadi dia
memanggilnya Ya Humairo.
Sekarang menjadi berubah juga cerita kita sekarang, Humairo artinya kulitnya putiiih, sehingga kalau kepanasan dia berubah kemerah-merahan karena itu Rasulullah memanggilnya Sayang Ya Humairo.
Sehingga ada seorang istri mendirikan sebuah perusahaan, kebutulan
istri itu kulitnya putih, lalu dia dirikan perusahaannya dengan nama ”
Sengaja kami kutip
ceramah Jalal agak panjang untuk memperlihatkan kepada kaum Muslimin
bagaimana akhlak Jalal kepada ibunda kaum Mukminin, Aisyah Radhiyallahu ‘Anha. Bagaimana buruknya akhlak Jalal kepada istri Nabi kita yang sangat tercinta.
Saksikanlah wahai
ibunda kami, Aisyah, bahwa Jalaluddin Rakhmat –jika dia mukmin- maka dia
telah bersikap kurang ajar terhadap anda, durhaka kepada ibunda kaum
mukminin, mana ada kaum mukminin yang berani mencela ibundanya?
“Wa Azwajuhu Ummahatuhum” , ‘Dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka (kaum mukminin)’
Oleh karena itu di
jauh-jauh hari Nabi telah memperingatkan kepada kita jika memungkinkan
ada peluang untuk menganggap buruk seorang sahabat agar jangan dicela La Tasubbu Ash-haaby “Jangan
kamu cela sahabatku”, bagaimana lagi jika Aisyah yang dicela yang
menyandang tiga gelar sekaligus yang memiliki keistimewaan yang sangat
tinggi di sisi Allah,
Pertama, sebagai seorang sahabat. Ayat-ayat dan hadis nabi banyak sekali yang memuji dan menyanjung para sahabat berjuang di sisi nabi.
Kedua, sebagai seorang ahlul bait, dimana Allah berfirman Innama Yuridullahu Liyudzhiba ‘Ankum Ar-Rijsa Ahlal Baiti Wa Yuthahhirokum Tath-hira “Sesugguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait, dan agar Allah menyucikan kamu sesuci-sucinya”.
Ketiga, sebagai seorang istri tercinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pendamping setia Nabi kita, bahkan hingga nafas terakhir Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Aisyah berada di dadanya.
Cara seperti ini
adalah sarana untuk merusak tatanan ajaran Islam, merusak citra sahabat,
ahlul bait dan kehormatan istri Rasulullah, padahal beliau termasuk di
antara para perawi hadis Nabi yang meriwayatkan ribuan hadis tentang
ajaran Islam yang sangat penting. Hingga jika Aisyah dianggap tidak
kredibel dan tidak dipercaya lagi bahkan dianggap kafir oleh orang Syiah
hilanglah ribuan hadis yang menjadi syariat agama kita, hilanglah
banyak ucapan-perbuatan nabi, bahkan akan hilang hadis yang menceritakan
keutamaan Ali, Fathimah, Hasan dan Husain; Hadis Kisa’ yang
diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Padahal ketika bertiup fitnah yang sangat kencang dan berita bohong perzinahan Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan Shafwan bin Mu’aththol radhiyallahu ‘anhu yang
dihembuskan oleh kaum munafik, Allah sendiri yang langsung membela
ibunda kita, Allah menurunkan sepuluh ayat dalam surat An-Nur yang
dibaca oleh kaum Muslimin sejak hari itu hingga hari kiamat, membela
keluarga Nabi dari mulut-mulut busuk kaum munafikin, Allah menyatakan
bahwa berita perzinahan Aisyah dengan Shafwan adalah sebuah kebohongan
yang sangat besar, dan tuduhan zina ini dikira hal yang remeh oleh
sebagian orang namun di sisi Allah itu adalah sebuah masalah yang sangat
besar, gembong penyebarnya akan disediakan adzab yang sangat pedih, dan
tiga orang sahabat yang ikut bicara dan menggosip dicambuk sebanyak 80
kali. Allah cemburu istri nabi-Nya dituduh berzina, tidakkah kita
cemburu melihat ibunda kita dicela-cela? Jadilah Ansharullah,
penolong-penolong agama Allah wahai kaum Muslimin.
Tanggapan Singkat
Ada beberapa kesalahan fatal yang dilakukan Jalal dalam ceramahnya di atas,
“Aisyah istri Nabi
yang sangat pencemburu”, kalimat cemburu ini sampai diulangi enam kali
untuk menunjukkan dan menggambarkan bagaimana rendahnya martabat Aisyah;
seakan-akan Aisyah dalam gambaran Jalal di atas adalah seorang istri
yang jahat dan licik. Digambarkan Aisyah itu memiliki beberapa perilaku
yang menyakiti hati Nabi.
Beberapa gambaran
buruknya perilaku Aisyah menurut Jalal: Hanya karena cinta, Aisyah
berpura-pura baik kepada Juwairiyah, hanya Karena cinta Aisyah tega
mengajarkan doa yang salah kepada Juwairiyah, dan hanya Karena cinta
Aisyah mengucapkan kata-kata yang isinya merendahkan Tuhan, bahkan
hampir saja -kalau tidak dikatakan sudah memvonis kafir Aisyah- Jalal
memasukkan Aisyah ke dalam golongan orang kafir, namun ia hiasi
perkataannya,
“Blasfemi itu
ucapan-ucapan yang merendahkan Tuhan yang diucapkan sebetulnya oleh
orang-orang kafir, di rumah ada sebuah buku yang berjudul “Sejarah
Blasfemi Sepanjang Zaman sejak zaman yunani dulu sampai zaman modern,
orang-orang yang mengecam dan mencaci Tuhan, tentu saya tidak ingin
memasukkan Aisyah dalam salah satu riwayat itu,”
Ini sebenarnya sudah
merupakan isyarat vonis takfir kepad Aisyah, karena pertama dikatakan
“Aisyah itu melakukan blasfemi” kemudian dikatakan “Blasfemi itu
ucapan-ucapan yang merendahkan Tuhan yang diucapkan sebetulnya oleh
orang-orang kafir” namun sengaja ia bumbuhi dengan kalimat “tentu saya
tidak ingin memasukkan Aisyah dalam salah satu riwayat itu”
Sungguh kasihan kepakarannya dalam ilmu komunikasi justru digunakannya sebagai kendaraan untuk menyesatkan manusia.
Juwairiyah seorang
wanita yang dimaksudkan oleh Jalal yang telah membuat Aisyah cemburu
adalah ternyata bukan Juwairiyah -di sinilah kami menangkap
ketidaksucian niat Jalaluddin Rakhmat dalam mengkaji, padahal yang akan
dibicarakan adalah kehormatan seorang istri Nabi yang mulia- dan bukan
juga termasuk istri Nabi, kisah ini terdapat dalam Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim….nama wanita tersebut adalah Juniyyah…bukan Juwairiyah…
Dari hamzah bin Abu
Sa’id bahwasanya Abu Sa’id pernah bersama nabi di sebuah kebun, kemudian
didatangkan padanya Juniyyah, kemudian diantar ke kebun milik Umaimah
binti nu’man bin syarahbil, ia berada di atas kendaraannya, kemudian
Rasulullah menemuinya, Nabi bersabda: hibahkanlah dirimu untukku, ia
menjawab: apakah seorang ratu menghibahkan dirinya kepada rakyat?,
kemudian nabi ingin meletakkan tangannya agar ia bersikap tenang, lalu
wanita tadi berkata: saya berlindung kepada Allah darimu. Rasulullah
bersabda: engkau telah berlindung dengan sebuah doa perlindungan, lalu
Nabi keluar dan berkata kepada Abu Sa’id: wahai Abu Said pulangkan ia
kekeluarganya.
Di dalam Zaadul Ma’ad
dijelaskan bahwa Nabi belum menikahinya, nabi hanya ingin melamarnya,
namun karena wanita itu tidak tahu siapa yang diajaknya bicara ia
berkata kurang sopan….( Zaadul Ma’ad, Juz 5 hal 289)
Hadis ini menunjukkan
bahwa kisah yang disampaikan oleh Jalaluddin rakhmat adalah kisah yang
tidak adda dasarnya….bandingkanlah detail cerita kisah di atas dengan
cerita Jalaluddin Rakhmat, dalam hadis ini nama Aisyah sama sekali tidak
disebutkan. Aisyah tidak terlibat sama sekali dengan kejadian ini.
Mungkin inilah kebiasaan orang-orang Syiah, selalu mencari-cari jalan
untuk bisa dijadikan alasan mencela dan menghina sahabat dan istri nabi,
meskipun itu dengan berbohong. Bahkan saking kurang ajarnya, Jalaluddin
Rakhmat menyamakan tipu daya Aisyah dengan tipu daya setan, bahkan
katanya tipu daya wanita itu lebih besar dan lebih jahat.
Adapun ucapan
“Blasfemi” yang diucapkan oleh Aisyah adalah riwayat shahih, dijelaskan
oleh Ibnu Hajar bahwa ucapan Aisyah, “Saya tidak melihat Tuhanmu
melainkan cepat memenuhi hawa nafsumu” adalah bentuk kecemburuan Aisyah
yang sangat tinggi, dan ini bukanlah sifat buruk bagi wanita yang
dimadu, sifat ini adalah sebuah fitrah. Dan penyandaran kalimat “hawa
nafsumu” itu tidak dimaksudkan sebagai syahwat, tapi sebagai kemauan,
karena Nabi tidak berbicara sesuai dengan hawa nafsunya, semua
perkataannya adalah wahyu yang Allah wahyukan kepadanya. Jikalau Aisyah
mengucapkan “Saya tidak melihat Tuhanmu melainkan cepat memenuhi apa
saja yang engkau ridhai” niscaya lebih baik, akan tetapi cemburu seperti ini dimaafkan. (Maktabah Syamilah, Fathul Bari, Juz 9 hal 165)
Beginilah sikap ulama
kita –Ibnu Hajar Al Asqalani- yang adil dan berhati-hati serta
menjauhkan lisannya dari penyifatan buruk kepada Aisyah radhiyallahu
‘anha dalam menjelaskan sebuah hadis, karena ini menyangkut kehormatan
keluarga Rasulullah saw.
Tanggapan Syaikh Mamduh Kepada Pencela Aisyah radhiyallahu ‘anha ...