Sahabatku, ‘kekasih’ yang (katanya) kita cintai di dunia, itu sebenarnya adalah palsu. Bukan kekasih sejati kita. Siapa kekasih sejati kita? Kekasih kita sesungguhnya telah banyak kita lupakan, saat kita punya ‘kekasih’ palsu. Ya, ‘kekasih’ palsu kita di dunia telah melenakan, membutakan, menutupi siapa kekasih sejati kita. Kita telah berlari dari Allah. Padahal kekasih kita yang sesungguhnya yang paling sering memperhatikan kita. Dengan segenap Rahman dan Rahim-Nya.
Itulah kita yang telah menganggap kebahagiaan dan kenyamanan datang dari luar diri kita. Padahal kekasih kita (Allah) setia di qalbu kita. Kita justru berlari dari Allah, kekasih sejati kita yang ada di qalbu kita. Kita justru mengejar ‘kekasih’ palsu, berlari kepada kepalsuan. Sahabatku, saatnya berlarilah kepada Allah untuk pertaubatan atas kepalsuan selama ini.
Yuk belajar dari kisah Ibrahim dan Ismail. Nabi Ibrahim memiliki Ismail yang telah didambakannya bertahun-tahun bersama istri tercinta. Ismail adalah ‘kekasih’ Ibrahim. Tibalah saat dimana Ibrahim harus memilih antara ‘kekasih’nya di dunia dan kekasih sejati. Ibrahim pilih berlari kepada kekasih sejatinya. Ibrahim harus mengorbankan Ismail-nya. Apa jawaban Ismail ketika itu? Lakukanlah yang diperintahkan Rabbmu (QS. Shaffat 102). Jika Ismail yang terkenal kebaikannya, keshalihannya berani dikorbankan oleh Ibrahim, lalu bagaimana dengan kita?
Hai pemuda, pacarmu adalah ‘kekasih’ palsu, kedudukannya tak sama sekali setara dengan Ismail-nya Ibrahim. KurbankanIsmailmu. Hai pemuda, dengan pacarmu kamu telah buta, kenyamananmu dengan ‘kekasih’ palsu, melenakanmu. Hai pemuda, selama ini kamu telah berlari dari Allah, sekarang saatnya berlari kepada Allah. Allah lebih pantas jadi tempat berlari, Allah telah jadi kekasih kamu, sementara kita enggan jadi kekasih-Nya.
Sahabatku, jika kita mengaku cinta kepada Allah, keberanian kita berkorban demi kekasih kita ini, diuji. Jika kita mengaku cinta kepada Allah, tapi demi-Nya kita masih enggan untuk berlari kepada syariat-Nya, itu cinta palsu. Hai pemuda, itulah sikap seorang kekasih, berani korbankan cinta palsu, kebahagiaan semu. Hai pemuda, itulah sikap seorang kekasih, sikap mau menerima apapun keputusan Sang Kekasih sejati, Allah SWT.
Hai pemuda, jadilah Ismail yang taat perintahNya, ikhlas terhadap keputusanNya. Semoga kita diberi kemampuan melakukanya. Wallahu’alam
By Luky Rouf