Selasa, 03 Juni 2014

Rencana Allah selalu yang Terbaik

Filled under:

Bismillahirrahmanirrahim.

Manusia memang hanya bisa Merencanakan sesuatu, terlaksana atau tidaknya itu kehendak Allah.

Setelah dua tahun tak pernah berjumpa, kadang hanya saling sapa di sosmed atau telfonan, bahkan sesekali pernah bercanda nanti akan berjumpa jika kelak ada acara walimahan dari dia saja. 
Tapi kehendak Allah, akhirnya mempertemukan juga, bukan di acara walimah saya ataupun dia, bukan di acara reunian SMA seperti yang biasa kami bicarakan, Tapi qaddarullah disaat mendapatkan berita sedih bahwa ibunya sedang sakit parah.

Siang tadi untuk pertama kalinya berkunjung ke rumahnya, dengan bermodal nekat bersama seorang teman dengan roda dua menaklukkan perjalanan kurang lebih 130 kilo.

Di sudut ruangan, nampak seorang wanita terbaring dengan mengenakkan mukena, wajahnya pucat menahan rasa sakit, di kelilingi oleh suami, anak-anak dan keluarganya.

Kalimat-kalimat “lailahaa illallah” tak henti-hentinya mereka ucapkan, tak kuasa kami menahan air mata,
Ya Alloh inikah yang namanya sakaratul maut?
Ini nyata, ini sebuah kepastian.yang akan menyapa semua makhluk yang bernyawa.
Untuk pertama kalinya saya menyaksikan semua ini, bukan yang biasa hanya terlihat di adegan-adegan film acting. Sekarang nyata. Dingin terasa.
Kalimat lailaha illaallah berubah menjadi “innalillahi wainna ilahi roji’un”

Saya tersadar beliau telah pergi, subhanallah betapa indahnya akhir hidup beliau. Saat detik-detik terakhir, terbalut mukena, di kelilingi suami, anak-anak yg sholeh dan keluarga yang dengan setia menuntunnya bersyahadat mengingat Rabbnya.
Bagaimana dengan saya nanti?
Bagaimana saat mengahadapi detik-detik terakhir?
Husnul khatimakah?
Satu pertanyan buat saya dan kita semua.

Di samping ibunya, dia terisak, sakit sekali kawan. Satu pintu syurga telah tertutup.
Wanita yang dari rahimnya mereka terlahir, wanita yang paling banyak waktunya terkuras memikirkannya, menghawatirkannya, mendo’akannya, membesarkannya, serta mendidiknya .. kini telah pergi meninggalkannya.
Tiada lagi tempat bermanja, tiada lagi bisa merasakan masakannya walau sederhana tapi selalu menjadi nomor satu yang selalu bisa membuat merindukan rumah, lagi tutur sapa lembutnya, tiada lagi nasehat-nasehatnya.
Innaalillahi wainna ilaihi raaji'un.

Adik bungsunya memeluk erat sang bapak, menangis tersedu-sedu, mata dari sang bapak itu memerah, sangat sendu di sana. Tapi tak ada air mata.Dia pura-pura tegar, pura-pura kuat, dusta jika tidak terluka.
Entah, hati saya terasa semakin sakit.

Proses penyelenggaran jenazah berlangsung dengan sangat cepat,sesuai anjuran nabi.
Masya Allah, indahnya hidup diantara orang-orang yang paham dan sholeh.
Akhir hidup yang bermakna. Semoga saja beliau mendapat tempat yang baik di sisi-Nya. Aamiin.

Bagaimana dengan jasad kita nanti?
Akankah di selenggarakan secara sempurna?
Siapa yang bisa tahu akhir hidupnya?
Bisa jadi,tenggelam,terbakar,atau hilang di tengah hutan sendirian.
Tak di mandikan,tak di sholatkan,tak juga di makamkan.”
Nasehat dari penceramah kepada para takziah membuat suasana menjadi hening.
Kata-kata tadi berhasil membuat saya seperti terasa di buat semakin kecil, sangat kecil dan lemah.Tak ada artinya.

Sebelum pulang kami bersalaman, tak ada suara, dia yang biasa sangat ceria, hari ini seperti lupa cara tersenyum.
Sayapun tak bisa bisa berkata banyak, hanya membisikkan kalimat agar dia bersabar, lebih bersabar lagi.
Saudaraku, Allah lebih tahu yang terbaik buat hambanya. Semoga kita di pertemukan lagi di lain waktu.
Tidak bersama kesedihan. saat itu kau pasti jauh lebih tegar lagi. Aminn.

__

Posted By White ocean20.08

Minggu, 25 Mei 2014

Ada Apa Dengan Kita ???

Filled under:

Saudaraku, saat mobil mewah dan mulus yang kita miliki tergores, goresannya bagai menyayat hati kita. Saat kita kehilangan handphone di tengah jalan, separuh tubuh ini seperti hilang bersama barang kebanggaan kita tersebut. Saat orang mengambil secara paksa uang kita, seolah terampas semua harapan.

Tetapi saudaraku, tak sedikitpun keresahan dalam hati saat kita melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah, kita masih merasa tenang meski terlalu sering melalaikan sholat, kita masih berdiri tegak dan sombong meski tak sedikitpun infak dan shodaqoh tersisihkan dari harta kita, meski disekeliling kita anak-anak yatim menangis menahan lapar. Saudaraku, ada apa dengan kita?


Saudaraku, kata-kata kotor dan dampratan seketika keluar tatkala sebuah mobil yang melaju kencang menciprati pakaian bersih kita. Enggan dan malu kita menggunakan pakaian yang terkena noda tinta meski setitik dan kita akan tanggalkan pakaian-pakaian yang robek, bolong dan menggantinya dengan yang baru.


Tetapi saudaraku, kita tak pernah ambil pusing dengan tumpukan dosa yang mengotori tubuh ini, kita tak pernah merasa malu berjalan meski wajah kita penuh noda kenistaan, kita pun tak pernah tahu bahwa titik-titik hitam terus menyerang hati ini hingga saatnya hati kita begitu pekat, dan kitapun tak pernah mencoba memperbaharuinya. Saudaraku, ada apa dengan kita?


Saudaraku, kita merasa tidak dihormati saat teguran dan sapaan kita tidak didengarkan, hati ini begitu sakit jika orang lain mengindahkan panggilan kita, terkadang kita kecewa saat orang lain tidak mengenali kita meski kita seorang pejabat, pengusahan, kepala pemerintahan, tokoh masyarakat bahkan orang terpandang, kita sangat khawatir kalau-kalau orang membenci kita, dan berat rasanya saat orang-orang meninggalkan kita.


Tetapi juga saudaraku, tidak jarang kita abaikan nasihat orang, begitu sering kita tak mempedulikan panggilan adzan, tak bergetar hati ini saat lantunan ayat-ayat Allah terdengar ditelinga. Dengan segala kealpaan dan kekhilafan, kita tak pernah takut jika Allah Yang Maha Menguasai segalanya membenci kita dan memalingkan wajah-Nya, kita pun tak pernah mau tahu, Baginda Rasulullah mengenali kita atau tidak di Padang Masyhar nanti. Kita juga, tak peduli melihat diri ini jauh dari kumpulan orang-orang sholeh dan beriman. Saudaraku, tanyakan dalam hati kita masing-masing, ada apa dengan kita? Wallahu a'lam bishshowaab (Bayu Gautama)

Posted By White ocean20.19

Bolehkah Berkata "Allah Masih Menyayangi Kita"?

Filled under:

Dua orang sedang mengendarai kendaraan, dan dibelokan jalan tiba-tiba muncul kendaraan lain dengan laju yang kencang sedang menuju kearah mereka. sampai salah seorang dari mereka berkata, "Sepertinya kita tidak akan selamat." dan sampai akhirnya Allah membebaskan dan menyelamatkan mereka dari tabrakan tersebut. salah seorang diantara mereka berkata, "Allah masih menyayangi kita."

Perkataan "Allah masih menyayangi kita" memiliki makna bahwa Allah masih menyayangi kita ketika itu, dan mempunyai kemungkinan bermakna bahwa Allah tidak menyayangi kita pada waktu yang lain.


Atau bermakna bahwa ketika Allah menyelamatkan kita dari masalah atau musibah berarti Dia menyayangi kita, dan ketika Allah menimpakan masalah atau musibah berarti Allah tidak menyayangi kita. layakkah kata itu?


Allah telah berfirman :


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Artinya : "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS Al-Fatihah : 1)


Kata "Ar-Rahman" mempunyai makna bahwa Allah maha pengasih lagi maha pemurah bagi semua makhluknya tanpa terkecuali. dan sifat pengasih dan pemurah bagi Allah adalah umum untuk semua makhluk, jin, manusia, hewan dan tumbuhan. untuk yang beriman atau yang ingkar. Allah selalu memberikan rahmat kepada mereka yang diantaranya berupa rizki, kesehatan, keamanan, keselamatan dan lain sebagainya.


Kata "Ar-Rahim" mempunyai makna bahwa Allah maha penyayang bagi orang-orang yang beriman secara khusus. Maha Penyayang disini adalah menyayangi mereka ketika diakherat kelak bahwa Allah maha pengampun dosa-dosa hamba-Nya yang beriman. dan maha pemurah yang akan memasukkan orang-orang beriman kedalam surga-Nya. dan sifat penyayang ini hanya khusus untuk hamba-hamba-Nya yang beriman.


Kita semua mengetahui bahwa jika kita beriman pastilah Allah selalu menyayangi kita, dan bukan "masih menyayangi kita." setiap kenikmatan dan musibah adalah kehendak dari Allah. bukan berarti ketika Allah memberi kenikmatan kepada kita berarti Allah sedang menyayangi kita, dan ketika memberi musibah atas kita berarti Allah sedang tidak menyayangi kita. Seperti orang tua yang memarahi anaknya bukan berarti orang tua itu tidak sayang terhadap anaknya.


Jadi perkataan "Allah masih menyayangi kita" sangatlah tidak pantas diucapkan. jika Allah telah menyelamatkan kita dari musibah maka katakan "Alhamdulillah." dan jika musibah itu menimpa kita maka katakan "Innalillah." 


Semoga bermanfa'at

Posted By White ocean19.47

Senin, 19 Mei 2014

Hati Lelaki Seperti Brankas

Filled under:


Hati lelaki seperti brankas, tempat menyimpan segala masalah. Lelaki lebih memilih bermain dengan pikirannya. Diam adalah cara dia untuk meraba jalan keluar. Masalah yang datang menerjang adalah makanan sehari hari yang kudu ditaklukkan. Diendapkan dalam sikap dewasa dan diuraikan dengan kemampuan nalarnya. Air mata lelaki mahal. Tidak mudah menetes manakala bingung mengepung. Tidak mudah menetes manakala panik mencekik. Tapi mungkin justru akan menetes pelan saat menghamba dalam kerinduan. Menyepi dalam kepasrahan. Bertobat akan jutaan kesalahan yang pernah dilakukan.

Cerita? kapan kapan saja. karena dia hanya akan cerita bila memang ada peluang solusi masalah yang orang yang diajak berbagi. Tidak sembarang orang bisa mendengar curahan hati. Tidak semua orang pula bisa sedemikian mudah percaya dan mempercayakan masalahnya. Maka menyimpan masalah adalah lebih baik, daripada harus terbuka kanal hati hingga lari kemana mana masalah pribadi.


Berbeda dengan perempuan. Hatinya tak kuasa menahan persoalan persoalan. Bercerita, berbagi, dan juga mengekspresikan diri dalam sikap dan tingkah laku adalah hal yang biasa. Susah bagi wanita menyembunyikan perasaan. Apakah itu suka, benci atau bahkan sedih. Ingin rasanya seperti pria yang selalu pakai logika. tapi nampaknya perempuan memang berbeda. Dia lebih suka bicara pada hati dan komitmen. Bicara pada soal memiliki dan dimiliki. Tidak lagi bicara pada soal suka atau tidak suka semata.


Maka air mata bagi wanita adalah sebuah cara untuk mengungkapkan perasaan. Bahagia, haru, benci dan bahkan luka, menjadi sangat jelas terpancar lewat linangan air mata dan isakan tangisnya. Maka bila memang itu terjadi, mereka hanya butuh didengar dan diperhatikan. Butuh dibantu dan diakui keberadaannya. Serta butuh sandaran, yang akan bisa menguatkan, langkah kaki kehidupan yang masih kudu berjalan entah sampai kapan ...

Posted By White ocean19.04

Kisah Nyata Dari Seseorang Wanita Karir

Filled under:


Saya seorang ibu dengan 2 orang anak , mantan direktur sebuah Perusahaan multinasional. Mungkin anda termasuk orang yang menganggap saya orang yang berhasil dalam karir namun sungguh jika seandainya saya boleh memilih maka saya akan berkata kalau lebih baik saya tidak seperti sekarang dan menganggap apa yang saya raih sungguh sia-sia. 

Semuanya berawal ketika putri saya satu-satunya yang berusia 19 tahun baru saja meninggal karena overdosis narkotika. Sungguh hidup saya hancur berantakan karenanya, suami saya saat ini masih terbaring di rumah sakit karena terkena stroke dan mengalami kelumpuhan karena memikirkan musibah ini. 

Putera saya satu-satunya juga sempat mengalami depresi berat dan Sekarang masih dalam perawatan intensif sebuah klinik kejiwaan, dia juga merasa sangat terpukul dengan kepergian adiknya. Sungguh apa lagi yang bisa saya harapkan. Kepergian Maya dikarenakan dia begitu guncang dengan kepergian Bik Inah pembantu kami.. Hingga dia terjerumus dalam pemakaian Narkoba. 

Mungkin terdengar aneh kepergian seorang pembantu bisa membawa dampak Begitu hebat pada putri kami. Harus saya akui bahwa bik Inah sudah seperti keluarga bagi kami, dia telah ikut bersama kami sejak 20 tahun yang lalu dan ketika Doni berumur 2 tahun. Bahkan bagi Maya dan Doni, bik Inah sudah seperti ibu kandungnya sendiri. 

Ini semua saya ketahui dari buku harian Maya yang saya baca setelah dia meninggal.. Maya begitu cemas dengan sakitnya bik Inah, berlembar-lembar buku hariannya berisi hal ini. Dan ketika saya sakit (saya pernah sakit karena kelelahan dan diopname di rumah sakit selama 3 minggu) Maya hanya menulis singkat sebuah kalimat di buku hariannya "Hari ini Mama sakit di Rumah sakit" , hanya itu saja. 

Sungguh hal ini menjadikan saya semakin terpukul. Tapi saya akui ini semua karena kesalahan saya. Begitu sedikitnya waktu saya untuk Doni, Maya dan Suami saya. Waktu saya habis di kantor, otak saya lebih banyak berpikir tentang keadaan perusahaan dari pada keadaan mereka. Berangkat jam 07:00 dan pulang di rumah 12 jam kemudian, bahkan mungkin lebih. Ketika sudah sampai rumah rasanya sudah begitu capai untuk memikirkan urusan mereka. 

Memang setiap hari libur kami gunakan untuk acara keluarga, namun sepertinya itu hanya seremonial dan rutinitas saja, ketika hari Senin tiba saya dan suami sudah seperti "robot" yang terprogram untuk urusan kantor. Sebenarnya ibu saya sudah berkali-kali mengingatkan saya untuk berhenti bekerja sejak Doni masuk SMA namun selalu saya tolak, saya anggap ibu terlalu kuno cara berpikirnya. 

Memang Ibu saya memutuskan berhenti bekerja dan memilih membesarkan kami 6 orang anaknya. Padahal sebagai seorang sarjana ekonomi karir ibu waktu itu katanya sangat baik. Dan ayahpun ketika itu juga biasa-biasa saja dari segi karir dan penghasilan. Meski jujur saya pernah berpikir untuk memutuskan berhenti bekerja dan mau mengurus Doni dan Maya, namun selalu saja perasaan bagaimana kebutuhan hidup bisa terpenuhi kalau berhenti bekerja, dan lalu apa gunanya saya sekolah tinggi-tinggi? . 

Meski sebenarnya suami saya juga seorang yang cukup mapan dalam karirnya dan penghasilan. Dan biasanya setelah ada nasehat ibu saya menjadi lebih perhatian pada Doni dan Maya namun tidak lebih dari dua minggu semuanya kembali seperti asal urusan kantor dan karir fokus saya. Dan kembali saya menganggap saya masih bisa membagi waktu untuk mereka, toh teman yang lain di kantor juga bisa dan ungkapan "kualitas pertemuan dengan anak lebih penting dari kuantitas" selalu menjadi patokan saya. 

Sampai akhirnya semua terjadi dan diluar kendali saya dan berjalan begitu cepat sebelum saya sempat tersadar. Maya berubah dari anak yang begitu manis menjadi pemakai Narkoba. Dan saya tidak mengetahuinya! !! Sebuah sindiran dan protes Maya saat ini selalu terngiang di telinga. Waktu itu bik Inah pernah memohon untuk berhenti bekerja dan memutuskan kembali ke desa untuk membesarkan Bagas, putera satu-satunya, setelah dia ditinggal mati suaminya.
Namun karena Maya dan Doni keberatan maka akhirnya kami putuskan agar Bagas dibawa tinggal bersama kami. Pengorbanan bik Inah buat Bagas ini sangat dibanggakan Maya. Namun sindiran Maya tidak begitu saya perhatikan. Akhirnya semua terjadi , setelah tiba-tiba jatuh sakit kurang lebih dua minggu, bik Inah meninggal dunia di Rumah Sakit. Dari buku harian Maya saya juga baru tahu kenapa Doni malah pergi dari rumah ketika bik Inah di Rumah Sakit. 

Memang Doni pernah memohon pada ayahnya agar bik Inah dibawa ke Singapore untuk berobat setelah dokter di sini mengatakan bahwa bik Inah sudah masuk stadium 4 kankernya. Dan usul Doni kami tolak hingga dia begitu marah pada kami. Dari sini saya kini tahu betapa berartinya bik Inah buat mereka, sudah seperti ibu kandungnya! menggantikan tempat saya yang seolah hanya bertugas melahirkan mereka saja ke dunia. Tragis ! 

Dan sebuah foto "keluarga" di dinding kamar Maya sering saya amati Kalau lagi kangen dengannya. Beberapa bulan yang lalu kami sekeluarga ke desa bik Inah. Atas desakan Maya kami sekeluarga menghadiri acara pengangkatan Bagas sebagai kepala sekolah madrasah setelah dia selesai kuliah dan belajar di pesantren. Dan Doni pun begitu bersemangat untuk hadir di acara itu padahal dia paling susah untuk diajak ke acara serupa di kantor saya atau ayahnya. Dan difoto "keluarga" itu tampak bik Inah, Bagas, Doni dan Maya tersenyum bersama. Tak pernah kami lihat Maya begitu senang seperti saat itu dan seingat saya itulah foto terakhirnya. Setelah bik Inah meninggal Maya begitu terguncang dan shock, kami sempat merisaukannya dan membawanya ke psikolog ternama di Jakarta. 

Namun sebatas itu yang kami lakukan setelah itu saya kembali berkutat dengan urusan kantor. Dan di halaman buku harian Maya penyesalan dan air mata tercurah. Maya menulis : 

"Ya Tuhan kenapa bik Inah meninggalkan Maya, terus siapa yang bangunin Maya, siapa yang nyiapin sarapan Maya, siapa yang nyambut Maya kalau pulang sekolah, Siapa yang ngingetin Maya buat berdoa, siapa yang Maya cerita kalau lagi kesel di sekolah, siapa yang nemenin Maya kalo nggak bisa tidur....... ...Ya Tuhan 

Maya kangen banget sama bik Inah" bukankah itu seharusnya tugas saya sebagai ibunya, bukan bik Inah ? Sungguh hancur hati saya membaca itu semua, namun semuanya sudah terlambat tidak mungkin bisa kembali, seandainya semua bisa berputar kebelakang saya rela berkorban apa saja untuk itu. Kadang saya merenung sepertinya ini hanya cerita sinetron di TV dan saya pemeran utamanya. 

Namun saya tersadar ini real dan kenyataan yang terjadi. Sungguh saya menulis ini bukan berniat untuk menggurui siapapun tapi sekedar pengurang sesal saya semoga ada yang bisa mengambil pelajaran darinya. Biarkan saya yang merasakan musibah ini karena sungguh tiada terbayang beratnya. Semoga siapapun yang membaca tulisan ini bisa menentukan "prioritas hidup dan tidak salah dalam memilihnya". Biarkan saya seorang yang mengalaminya. .

Saat ini saya sedang mengikuti program konseling/therapy untuk menentramkan hati saya. Berkat dorongan seorang teman saya beranikan tulis ini semua. Saya tidak ingin tulisan ini sebagai tempat penebus kesalahan saya, karena itu tidak mungkin! Dan bukan pula untuk memaksa anda mempercayainya, tapi inilah faktanya. Hanya semoga ada yang memetik manfaatnya. 

Dan saya berjanji untuk mengabdikan sisa umur saya untuk suami dan Doni. Dan semoga Tuhan mengampuni saya yang telah menyia-nyiakan amanahNya pada saya. Dan disetiap berdoa saya selalu memohon "YA Tuhan seandainya Engkau akan menghukum Maya karena kesalahannya, sungguh tangguhkanlah Ya Tuhan, biar saya yang menggantikan tempatnya kelak, biarkan buah hatiku tentram di sisiMu". Semoga Tuhan mengabulkan doa saya.


Posted By White ocean18.15

Selasa, 13 Mei 2014

Memburu Aliran Sesat Syi'ah

Filled under:

Ada permintaan untuk mengisi acara dialog Sunni-Syiah, ujar salah seorang staf LPPI via hand phone. Saya jawab, "Kenapa mesti saya, masih banyak yang lain memiliki kemampuan menguliti Syiah dibanding saya." Begini, Ustad Said keluar kota, tidak ada yang bisa ganti, hanya Antum yang dipandang mampu!" Jawabnya. Tidak hanya itu, saya sudah vakum di LPPI selama tahun 2014, dan total tidak pernah berkantor lagi.

Saya lalu pertanyakan, acara ini apa tujuan, siapa inisiatornya, dan di mana tempatnya? Sesuai informasi yang masuk, ini adalah permintaan dari Laskar Pemburu Aliran Sesat (LPAS) yang diundang oleh salah seorang penganut Syiah di Limbung, untuk melakukan dialog dan debat. Soalnya, penganut Syiah bernama Syarifuddin Dg Tojeng itu sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan meresahkan sambil melakukan gerakan-gerakan dipandang aneh dalam salat, yang menyerupai para penganut Syiah. Ketika ditanya, kenapa salatnya demikian? Apakah Anda Syiah? Dia jawab, Saya bukan Syiah tapi Islam Liberal yang moderat. Lalu mengundang dan menantang agar diadakan debat antar dia dengan  orang-orang yang mempermasalahkan ibadah dan pemahamannya.

Saya pun menyetujui, dengan beberapa catatan: Debat tidak bermaksud mememaksa pelakunya untuk ikut aliran Ahlussunnah, alasannya sederhana saja, seandainya itu bisa, niscaya Syiah telah punah oleh dakwah para ulama muktabar zaman dahulu, karena itu hampir mustahil menyadarkan penganut Syiah tulen masuk ke Sunni; Dialog hendaklah disaksikan oleh masyarakat setempat dan orang ramai, tujuannya agar mereka tau tentang perbedaan-perbedaan mendasar antara Ahlussunnah dan Syiah, karena salah satu propaganda mereka adalah, Ahlussunnah dan Syiah hanya memiliki pebedaan pada tataran furu' bukan usul atau ranting bukan akar; Debat bertujuan memasyarakatkan dialog dalam menghadapi masalah, mengajari orang banyak untuk selalu menuntaskan masalah dengan kepala dingin; Sebagai pelajaran bagi penganut Syiah agar jangan seenaknya menyebarkan pemahaman sesatnya, lalu menyesatkan umat; Tetap berpedoman pada Fatwa MUI Pusat bahwa Syiah memiliki perbedaan mendasar dengan Ahlussunnah dan wajib diwaspadai penyebarannya, karena mayoritas umat Islam Indonesia adalah pengikut Ahlussunnah dan Edaran Depag tentang kedudukan Syiah yang sesat dan menyesatkan; dan paling penting, harus melibatkan pemerintah dan aparat setempat, minimal mereka tau akan acara dialog tersebut.

Tepat bakda Asar 10/5/'14 saya pun dijemput oleh Rombongan Laskar Pemburu Aliran Sesat, sekitar 10 motor, dan prediksi saya ini sudah cukup banyak pengiring, ditambah lagi muka-muka mereka rada-rada sangar, dengan jenggut, dan cambang tebal, plus bodi yang besar-besar. Saya pun bertanya pada si pembonceng, siapa-siapa saja yang ikut? Teman-teman dari laskar Ustad, jawabnya. Siapa-siapa saja yang gabung dalam Laskar? Ini gabungan dari seluruh elemen pemuda Islam lintas organisasi, dengan seleksi yang cukup ketat, setiap anggota minimal harus hafal satu juz Al-Qur'an dan harus selalu hadir dalam kajian mingguan, ini semua demi mempererat ukhuwah dan meningkatkan kualitas anggota plus agar selalu menyamakan manhaj dan persepsi, kegagalan sebuah organisasi adalah jika ketuanya tidak lagi didengar oleh para bawahannya, Laskar tidak begitu, selalu tunduk dan taat pada Panglima selama masih dalam kebenaran, jawabnya sambil tancap gas motor. Tak terasa rombongan telah sampai di daerah Pallangga Gowa, ternyata di sana telah menunggu Panglima Laskar dan para pasukannya, taksir saya sekitar 70 pasukan dan 40 unit motor. Karena banyaknya, sehingga polisi acuh tak acuh pada salah seorang Laskar yang tidak pakai helm, sempat saya tegur, kenapa tak pakai helm, Ini motor sudah mati surat-suratnya Ustad, jawabnya enteng. Dalam hati, Berarti kesalahan Anda dua kali, tidak pakai helm dan tanpa surat-surat.

Saya lalu disapa dan disalami oleh Panglima Laskar dan para prajuritnya, salah seorang berambut agak panjang sedikit duran-duran dengan muka yang bersih, bereok tanpa kumis menghampiri, Lambang apa itu Ustad? Sambil menunjuk jas yang membungkus badan saya. Ini lambang KPPSI, jawab saya singkat. Ustad, pengurus KPPSI di mana? Tanyanya lagi. Saya pengurus KPPSI Pusat, unsur sekertaris, terang saya. Kebetulan saya juga anggota Jundullah di Bulukumba dulu Ustad, cuma sekarang menetap di Makassar.

Jundullah adalah organisasi kepemudaan milik KPPSI yang dianggap ekstrim lalu diblacklist oleh pemerintah dan antiterorisme versi Barat. Padahal, menurut Drs. H. A. Patabai Pabokori, yang dulu menjabat sebagai Bupati Bulukumba, terasa sekali kiprah Jundullah di Bulukumba dalam membantu pemerintah mereduksi kemunkaran dan menumpas maksiat, mereka adalah patner sejati dalam mewujudkan pemerintahan yang aman lagi damai. Demikian pernyataan Mantan Kadis Pendidikan dan Ketua Lajnah Tanfisdiyah KPPSI saat ini.

Namun karena dianggap ekstrim, maka, pada Kongres ke-4 Umat Islam, KPPSI di Pangkep nama Jundullah diganti dengan Pemuda Penegak Syariat. Sempat pula Pak Patabai pada Kongres ke-5 Sudiang 2014, mengusulkan agar nama Pemuda KPPSI dikembalikan ke Jundullah.

Saya juga pengurus Pemuda KPPSI, kebetulan ditunjuk menjadi Wakil Ketua, jawab saya pada salah satu Laskar Jundullah itu. Sebenarnya saya sendiri tidak begitu mampu menjadi Wakil Ketua, lebih suka menjadi Sekertaris. Lebih tepatnya, sebagai konseptor. Karena selama ini, konsep-konsep perjuangan Pemuda KPPSI tidak sedikit yang saya goalkan. Termasuk menumpas pelaku maksiat dan kemungkaran; melakukan pembinaan pada mereka yang diidentifikasi sebagai pengidap aliran sesat, seperti Syiah, Ahmadiyah, dan Inkarussunnah; melakukan regenerasi pemuda penegak syariat dari kalangan mahasiswa, cendekiawan dan akademisi; melakukan road show ke lembaga-lembaga pendidikan tentang pentingnya penegakan syariat Islam, dan sejenisnya. Karena itulah hingga saat ini saya ditunjuk menjadi Juru Bicara Pemuda KPPSI.

Usai bincang-bincang dengan beberapa anggota Laskar, rombongan pun menuju ke Limbung, singgah di Masjid Besar Limbung, Gowa. Lama-kelamaan, Laskar kian banyak, halaman Masjid Besar begitu luas tak mampu menampung motor para Laskar yang terparkir rapi, pasukan kian bertambah, begitu azan Magrib hendak berkumandan, pasukan kian membludak. Panglima menghampiri, Ustad, kita saja masuk ke dalam, karena teman-teman terlalu banyak, kalau mereka tau, pasti ketakutan duluan!

Saya pun masuk ke BTN Bumi Lestari Bajeng, menelusuri Jln. Pramuka, hingga sampai di Masjid Al-Munawwarah, di masjid inilah dialog akan diadakan, rumah penganut Syiah itu tepat sekali berada di samping masjid.

Kami salat Magrib berjamaah, bakda salat, para pengurus masjid bincang-bincang, sambil mencari Dg. Tojeng, karena beliau tidak hadir waktu salat Magrib, padahal menurut info, beliau sendiri yang memilih waktu. Karena itu, salah seorang Laskar menghampiri saya, Mungkin acaranya batal Ustad, karena yang bersangkutan tidak ada, ditelpon tak masuk, istrinya juga begitu, tapi kita tunggu saja sampai Isya, katanya. Namun tak lama kemudian, Dg. Tojeng datang bersama istrinya, ia kaget, kenapa banyak orang menunggu dirinya.

Pengurus masjid menghampiri, dan, Ini kan permintaan Dg. Tojeng agar kami adakan dialog, katanya. Iya, tapi bukan sebanyak ini, saya maunya cuma terbatas pada penduduk perumahan, bukan orang luar seperti ini, terang Dg. Tojeng dengan nada tinggi. Kenapa Bapak tidak bilang begitu, makanya kalau bicara itu yang jelas, yang penting kan Bapak menantang siapa saja yang ingin berdialog! Tegas pengurus masjid.

Dg Tojeng masuk dalam rumah. Azan Isya berkumandang, bakda salat, saya, Ustad  Farid Nur, Ustad H. Johasan Naro, M.Ag., sebagai Ketua Forum Ummat Islam (FUI) Gowa, satu perwakilan dari Laskar, dan Ustad H. Samsan, Imam Kelurahan Bajeng bertamu ke rumah Dg. Tojeng, dengan semangat tuan rumah berbicara berapi-api, "Saya ini bukan Syiah bukan Sunni, saya Islam, guru saya juga katakan seperti itu, Prof. Quraish Shihab, dia ini guru besar dalam tafsir, dan telah menulis banyak buku dan karya besar tafsir, kenapa kita semua ini yang masih rendah pemahaman agamanya mau-maunya menyalahkan orang lain, atau memusuhinya hanya karena mereka Syiah, padahal perbedaan Sunni dengan Syiah itu hanya masalah furu' atau cabang, bukan ushul atau pokok, jadi tidak usah diperdebatkan!"

Mendengar beliau bertaklim, saya justru memutar-mutar pandangan menyaksikan foto-foto yang tergantung di dinding rumahnya, nampaknya ada foto imam 12, termasuk foto Imam Ali, dan satu lagi, mungkin itu foto Husain ra.

Ustad Farid langsung to the point, Bapak ini penganut Syiah, buktinya gambar-gambar ini berbicara. Oh, tidak, saya pasang foto-foto itu karena sayang pada keluarga Rasulullah. Jawab Dg. Tojeng.

Ustad Farid dan para jamaah masjid Al-Munawwarah sebenarnya sudah lama curiga pada Dg. Tojeng, karena kerap sekali melontarkan pernyataan, Kenapa Syiah dipermasalahkan, justru Syiah adalah aliran yang paling benar dalam Islam.

Setelah tuan rumah bosan dan mungkin capek bicara, Ketua FUI angkat bicara, Bapak tau kenapa begitu banyak yang datang? Ini menandakan bahwa kedudukan Bapak sangat meresahkan masyarakat, dan isu ini sangat sensitif, saya harap Bapak jangan sembarang melontarkan pernyataan yang meresahkan umat.

Saya lalu bertanya, Bapak tadi katakan, Sunni dan Syiah perbedaannya hanya furu' atau ranting, benar kan? Iya, jawab Dg Tojeng. Saya lalu bertanya, Apakah rukun Islam dan Iman Syiah sama dengan Sunni? Oh, kalau itu sih, beda! Jawabnya enteng.

Saya tegaskan, Nah, itu dia kesalahan Bapak. Hentikan itu pernyataan, jangan sampai orang awam dengar, Awas kalau diulangi lagi. Syiah dan Sunni berbeda pada pokok dan akarnya, telah difatwakan oleh MUI Pusat agar diwaspadai, Edaran Depag dan MUI Jatim sebagai aliran sesat dan menyesatkan. Kalau konsumsi pribadi, bukan masalah, itu urusan Bapak! Tapi kalau dipasarkan, Bapak akan mendapat masalah besar.

Dg. Tojeng lalu mengangguk, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, kami pun pamit. Para penghuni BTN Bumi Lestari Bajeng keluar rumah masing-masing, menyaksikan lautan Laskar di sekitar Masjid, saya sendiri kaget melihat begitu banyak pasukan. Panglima menghampiri saya, bersalaman, lalu berterima kasih karena sudi memenuhi undangannya, Ini sebagai shock therapy Ustad, agar para penganut Syiah berpikir seribu kali untuk menyesatkan umat.

Motor berderu, meninggalkan Masjid, pasukan Laskar Pemburu Aliran Sesat berkompoi, bergerak menuju satu arah. Memburu aliran sesat, mengalahkan Laskar Pelangi yang memburu mimpi dengan berlayar dari Belitong  menuju Sorbone. Allahu Akbar!

Sumigo, 12 Mei 2014. Ilham Kadir, Wakil Ketua Pemuda KPPSI Pusat
 

Posted By White ocean19.56

Minggu, 11 Mei 2014

Nilai Persaudaraan

Filled under:




Perpecahan timbul dan ukhuwah diantara kita akan terputus apabila kita tidak mau saling menyadari akan keterbatasan diri kita, apabila kita tidak mau berbaik sangka terhadap sesuatu yang tampak pada saudara kita, dan apabila kita tidak mau memperlakukan satu sama lain untuk saling memahami tentang kekurangan-kekurangan kita.

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya sebagai manusia kita pasti pernah melakukan kesalahan sebab kita bukanlah orang-orang yang ma’sum, bukan orang-orang yang yang terjaga dari dosa, karena itu .. satu waktu kita akan melihat saudara kita melakukan kesalahan, dan kita harus mempersiapkan diri kita untuk menghadapi kesalahan itu agar menjaga kelangsungan ukhuwah kita.

Sahabatku .. barang siapa yang bersedia bersahabat hanya dengan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan maka sebaiknya dia bersahabat dengan makhluk selain manusia, atau sebaiknya ia memutuskan untuk tidak banyak kawan dan banyak musuh.
Seorang imam yang merupakan panutan banyak ‘ulama ia adalah Abu Roja’ bin Khuwai, beliau pernah mengatakan “Barang siapa yang tidak bersaudara kecuali dengan orang yang memiliki ‘aib maka kawannya sangat sedikit, barangsiapa tidak ridha terhadap saudaranya kecuali dengan keikhlasan kepadanya maka kebenciannya tak pernah berakhir, dan barang siapa yang memaki-maki saudranya atas setiap dosa maka musuhnya sangat banyak”.

Sahabatku .. memahami bahwa kita adalah berbeda, memahami bahwa setiap manusia pernah bersalah, memahami bahwa setiap kita manusia tak akan pernah memiliki kesempurnaan secara hakiki, sesungguhnya dalah awal dari sebuah kesadaran unutk saling memahami satu sama lain.

Dan sungguh sikap seperti ini akan dapat memperteguh nilai-nilai persaudraan kita dengan orang lain, walaupun orang itu begitu banyak kesalahan dan kekurangannya, dan kalau kita ingin tetap besaudara jangan jauhi mereka tapi dekatilah mereka, sebab semakin jauh kita meninggalkan orang yang bersalah maka sesungguhnya mereka akan tetap melakukan kesalahan bahkan kesalahannya akan membabi buta, tapi dengan mendekatinya agar kita mampu menasehatinya, inilah sebuah perilaku yang arif dan bijaksana, agar kwsalahan-kesalahan mereka tidak dirasakan oleh orang-orang terdekat mereka.

Saudaraku .. inilah yang harus kita lakukan saat ini, ketika kita melihat orang lain beruat salah maka hal yang terbaik yang harus kita lakukan adalah datangi dan kemudian akrapi, kalau kemudian ada kesalahannya maka nasehati.

Semoga ini adalah salah satu cara dan kiat agar kita tetap menjadi bagian dari masyarakat kita dan mempererat ukhuwah diantara kita, InsyaAllah.


Salinan dari 'Radio Dakta Fm'

Posted By White ocean20.09

Minggu, 04 Mei 2014

Ambillah Waktu...

Filled under:


Ambillah waktu untuk berpikir,
itulah sumber kekuatan.

Ambillah waktu untuk bermain,
itulah rahasia tetap awet muda.

Ambillah waktu untuk membaca,
itulah sumber hikmah.

Ambillah waktu untuk berteman,
itulah sumber kebahagiaan.

Ambillah waktu untuk berdiam,
itulah kesempatan untuk mencari nurani dan jati diri.

Ambillah waktu untuk mencintai & dicintai,
itulah anugerah Tuhan yang terbesar.

Ambillah waktu untuk tertawa,
itulah senandung jiwa.

Ambillah waktu untuk belajar & berjuang sebagai tanggung jawab,
untuk membangun kemandirian kita sebagai manusia

Ambillah waktu untuk berdoa,
itulah kekuatan terbesar di permukaan bumi ini.

Posted By White ocean19.52

Minggu, 27 April 2014

Penganut Syiah Menyembah Batu Dan Kuburan

Filled under:


Ket Gambar: seorang penganut Syiah menjilat nisan (batu) kuburan dengan lidahnya.

Artikel: lppimakassar.com, sumber Gambar: Page لو كان الحمق رجلا لكان رافضيا

Posted By White ocean19.54

Rabu, 23 April 2014

Organisasi

Filled under:


Organisasi, himpunan, perkumpulan, jama’ah atau apapun namanya di dalam islam bagaikan kapal laut-kapal laut yang berlayar dan menuju ke sebuah pulau yang satu bernama ‘pulau kejayaan islam’. Pernah di masa silam para pendahulu kita bermukim di sana tapi para orangtua kita meninggalkan pulau tersebut dan tersesat dalam derasnya arus kehidupan. Maka beberapa kelompok berkumpul dan membentuk sebuah kapal laut-kapal laut yang bisa mengantarkan mereka kembali ke pulau tersebut. Pemimpinnya adalah nahkodanya. Dan dengan hasil musyawarah dibentuklah susunan koordinasi pada kapal laut tersebut agar semuanya tidak saling sikut kewajiban, saling berebut tugas, atau saling mengharapkan temannya mengerjakan pekerjaannya. Ada regu yang mengurus bahan bakar kapal, ada yang mengurus makanan, ada yang mencari ikan, ada yang membersihkan kapal, ada yang memperbaiki kerusakan kapal, dan lain-lain.

                Sebetulnya setiap orang dipersilahkan berlayar sendiri menggunakan perahu kecil yang dimilikinya, akan tetapi perlu diingat bahwa dalamnya air laut siapa yang kira tingginya ombak siapa yang duga. Orang-orang yang hanya mengandalkan perahu kecil kemungkinan tenggelamnya dalam gelombang laut terlampau besar untuk ditanggung oleh pundak seoarng anak manusia. Makanya, dalam perjalanannya kapal laut ini menuju ke pulau maka kapal-kapal ini akan memanggil orang-orang yang berada di bwah mereka yang menggunkan perahu-perahu kecil. Dengan tujuan menambah jama’ah karena dengan lebih banyaknya jama’ah maka akan ada banyak hal yang bisa diselesaikan dibanding jika dikerjakan oleh jama’ah yang sedikit.

                Dalam perjalanannya, kapal-kapal ini akan menghadapi berbagai macam aral, gelombang pasang, angin gemuruh, cuaca yang keras, hujan badai, dan karang-karang laut. Akibatnya adalah kapal-kapal ini akan mengalami kerusakan yang paranh di sana-sini. Belum lagi di antara masalah yang ditimbulkan oleh penumpang-penumpang yang mementingkan diri sendiri berbuat seenaknya atas nama kapal. Mereka mencoreng nama baik kapal dan merobek bendera kapal, dalam bahasa kiasan. Yang mengakibatkan ada di antara para penumpang yang tidak tahan dengan kondisi kapal ini yang membuat mereka pusing, mabuk dan muntah-muntah. Ketika mereka yang tidak tahan ini sudah berada pada kondisi yang menjadikan mereka muak, mereka pun akhirnya turun dari kapal dan menggunakan sampan kecil mereka atau mereka akan beralih ke kapal yang lain.

                Akan tetapi tidak bisa disangkal bahwa ada beberapa penumpang yang telah tertempa, terlatih, dan terbiasa dengan kondisi seperti itu, maka mereka akan dengan sabar berada di atas kapal tersebut. Mereka akan memanggil sesama penumpang kapal dan membicarakan bagaiman cara untuk memperbaiki kerusakan kapal yang terjadi. Bahu membahu dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, karena mereka yakin sudah sunnatullah bahwa lebih banyak kepala memang bisa mendatangkan banyak masalah tapi bisa juga membawa banyak ide-ide yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Mereka yakin bahwa keruh pahitnya dalam berjama’ah jauh lebih lebih baik dari jernih manisnya ketika bersendirian.

                Seiring berjalannya waktu, di antara kapal-kapal tersebut ada yang kerusakannya sudah sangat parah dan sulit untuk diperbaiki. Nahkoda sudah tidak peduli, navigator tidak peduli, seluruh penumpang juga tidak lagi peduli. Akhirnya kapal itu kehilangan arah, berputar, terombang-ambing dalam ganasnya ombak samudera. Yang menjadikan kapal itu melenceng dari tujuan yang semula yaitu mencapai pulau kejayaan islam. Ketika kapal yang sudah sangat rusak parah tersebut sudah tidak bisa diperbaiki, nahkoda sudah tidak peduli, penumpang saling mementingkan diri sendiri. Segala upaya untuk memperbaiki kapal kandas di tangan para pembuat kapal itu sendiri. Maka menjadi hal yang wajarlah jika sebagian orang dari mereka keluar dari kapal untuk membuat sebuah kapal baru, bukan sebagai bentuk pengkhianatan kepada teman-teman seperjuangannya, tapi sebagai bentuk menjaga agar diri mereka tidak ikut terseret dalam gelombang samudera yang menghantam. Agar tujuan dan cita-cita awal mereka menuju ke pulau tetap bisa terselesaikan. Agar mereka bisa berlabuh dengan suka cita di sana.

                Akhir cerita, ketika mereka telah berlabuh, maka kapal-kapal tersebut pun ditinggalkan, benderanya mungkin masih berkibar, catatan-catatan rekaman pelayaran mungkin masih tersimpan, tiang-tiangnya masih tegak berdiri, cerobongnya masih kokoh menatap angkasa, tapi kapal itu sendiri kini tinggal kenangan. Karena pulau sudah dicapai, tujuan sudah tergapai, maka untuk apa lagi kita membangga-banggakan kapal kita, untuk apa lagi kita tetap tinggal di kapal. Bukankah tujuan awal kita membuat kapal untuk menuju sebuah Pulau, kapal itu hanya sebagai sarana transportasi. Dan ketika sarana itu sudah tidak diperlukan lagi maka kita pun meninggalkannya. Karena dengan meninggalkannya maka ummat bisa kembali bersatu dalam naungan islam tanpa membanggakan bendera dan semboyan masing-masing.

Oleh, Dzaky Mubarak

Posted By White ocean23.55

Selasa, 22 April 2014

"AKU INGIN BAHAGIA" dengan "MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN"

Filled under:


Bahagia. Siapa sih yang tidak mau bahagia. Hewanpun tidak ada yang tidak mau bahagia. Semuanya kita mau bahagia. 
Ternyata untuk kita bahagia, kita harus juga membahgiakan orang lain. Akan berlaku hukum Timbal Balik (pendapat probadi) atau hukum الجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ العَمَلِ “Balasan itu sesuai dengan amalan" (menurut Qaidah orang Saleh). 

Jadi ternyat cuma satu kunci yaitu bahagiakan orang yang ada disekitar kita maka kebahgiaan itu akan datang dengan sendirinya. Buktinya.....?????. 


Silahkan baca dan renungkan hadits berikut ini:
Bagaimana caranya agar mereka bisa meraih kebahagiaan? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْناً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوْعًا وَ لَأَنْ أَمْشِيْ مَعَ أَخٍ فِي حَاجَةٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا المَسْجِدِ ، ( يَعْنِي مَسْجِدُ النَبَوِي ) شَهْرًا

“…Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, dan pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang muslim, atau menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan…” 
(HR. Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646).

Allahu Akbar! Luar biasa, amalan yang tidak kita sangka besarnya, bahkan lebih besar daripada berdiam diri di masjid selama satu bulan untuk beribadah (i’tikaf) di Masjid Nabawi. 
Beliau katakan amalan menemani seorang muslim untuk ia tunaikan kebutuhannya, itu adalah amalan yang besar dan amalan yang agung. 

Mengapa demikian? Karena menolong orang lain, menghilangkan rasa laparnya, mengatasi kesulitannya adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan amalan tersebut akan memberikan rasa kebahagian kepada para pelakunya.

Sudah dibaca....??, alhamdulillah kalau begitu singsingkan lengan baju dan katakan pada diri ini "AKU INGIN BAHAGIA"_dengan "MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN".

By 'Abdullah Sa'id

Posted By White ocean09.03

Sabtu, 19 April 2014

Bermaksiat Lalu Beralasan dengan Takdir

Filled under:

Tidak boleh kita beralasan dengan takdir atas maksiat dan dosa yang telah kita lakukan. Mengapa?

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Tidak boleh beralasan dengan takdir untuk maksiat. Jika dibolehkan, tentu semua yang bunuh diri beralasan dengan takdir ilahi. Begitu pula mencuri dan melakukan kerusakan lainnya, semua bisa beralasan dengan takdir.” 
(Majmu‘ Fatawa Ibnu Taimiyah, 8: 179)

Di antara alasan lainnya disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al Hamd, beliau berkata, “Takdir adalah rahasia ilahi. Kita sebagai makhluk hanya bisa mengetahuinya setelah takdir itu terealisasi. Dan itu diketahui setelah manusia mengalami yang terjadi di masa lampau. Itu sama saja ia tidak mengimani takdir dengan benar.  

Oleh karenanya, jika ada yang berargumen atas maksiatnya bahwasanya itu adalah takdir ilahi, itu alasan yang keliru.  
Karena sama saja ia mengklaim mengetahui yang ghaib. Padahal perkara ghaib hanya diketahui oleh Allah. Walhasil, argumen sebenarnya memuat kontradiksi. Dan tidak boleh seseorang berargumen dengan sesuatu yang ia tidak ketahui (takdir itu baru diketahui manusia setelah takdir itu terjadi).”
Syaikh Muhammad Al Hamd juga berkata, “Seandainya maksiat boleh dilakukan lantaran itu sudah jadi takdir, maka itu sama saja menafikan berbagai syari’at (hukum Islam).
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

Referensi:

Al Iman bil Qodo’ wal Qodar, hal. 132 karya Syaikh Dr. Muhammad bin Ibrahim Al Hamd terbitan Dar Ibnu Khuzaimah.

Artikel rumaysho.com

Posted By White ocean20.36