Ada permintaan untuk mengisi acara dialog Sunni-Syiah, ujar salah seorang staf
LPPI via hand phone. Saya jawab, "Kenapa mesti saya, masih banyak yang
lain memiliki kemampuan menguliti Syiah dibanding saya." Begini, Ustad
Said keluar kota, tidak ada yang bisa ganti, hanya Antum yang dipandang
mampu!" Jawabnya. Tidak hanya itu, saya sudah vakum di LPPI selama tahun
2014, dan total tidak pernah berkantor lagi.
Saya lalu pertanyakan, acara ini apa tujuan, siapa inisiatornya, dan di mana
tempatnya? Sesuai informasi yang masuk, ini adalah permintaan dari Laskar
Pemburu Aliran Sesat (LPAS) yang diundang oleh salah seorang penganut Syiah di
Limbung, untuk melakukan dialog dan debat. Soalnya, penganut Syiah bernama
Syarifuddin Dg Tojeng itu sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan meresahkan
sambil melakukan gerakan-gerakan dipandang aneh dalam salat, yang menyerupai
para penganut Syiah. Ketika ditanya, kenapa salatnya demikian? Apakah Anda
Syiah? Dia jawab, Saya bukan Syiah tapi Islam Liberal yang moderat. Lalu
mengundang dan menantang agar diadakan debat antar dia dengan orang-orang
yang mempermasalahkan ibadah dan pemahamannya.
Saya pun menyetujui, dengan beberapa catatan: Debat tidak bermaksud mememaksa
pelakunya untuk ikut aliran Ahlussunnah, alasannya sederhana saja, seandainya
itu bisa, niscaya Syiah telah punah oleh dakwah para ulama muktabar zaman
dahulu, karena itu hampir mustahil menyadarkan penganut Syiah tulen masuk ke
Sunni; Dialog hendaklah disaksikan oleh masyarakat setempat dan orang ramai,
tujuannya agar mereka tau tentang perbedaan-perbedaan mendasar antara
Ahlussunnah dan Syiah, karena salah satu propaganda mereka adalah, Ahlussunnah
dan Syiah hanya memiliki pebedaan pada tataran furu' bukan usul atau ranting
bukan akar; Debat bertujuan memasyarakatkan dialog dalam menghadapi masalah,
mengajari orang banyak untuk selalu menuntaskan masalah dengan kepala dingin;
Sebagai pelajaran bagi penganut Syiah agar jangan seenaknya menyebarkan
pemahaman sesatnya, lalu menyesatkan umat; Tetap berpedoman pada Fatwa MUI
Pusat bahwa Syiah memiliki perbedaan mendasar dengan Ahlussunnah dan wajib
diwaspadai penyebarannya, karena mayoritas umat Islam Indonesia adalah pengikut
Ahlussunnah dan Edaran Depag tentang kedudukan Syiah yang sesat dan
menyesatkan; dan paling penting, harus melibatkan pemerintah dan aparat
setempat, minimal mereka tau akan acara dialog tersebut.
Tepat bakda Asar 10/5/'14 saya pun dijemput oleh Rombongan Laskar Pemburu
Aliran Sesat, sekitar 10 motor, dan prediksi saya ini sudah cukup banyak
pengiring, ditambah lagi muka-muka mereka rada-rada sangar, dengan jenggut, dan
cambang tebal, plus bodi yang besar-besar. Saya pun bertanya pada si
pembonceng, siapa-siapa saja yang ikut? Teman-teman dari laskar Ustad,
jawabnya. Siapa-siapa saja yang gabung dalam Laskar? Ini gabungan dari seluruh
elemen pemuda Islam lintas organisasi, dengan seleksi yang cukup ketat, setiap
anggota minimal harus hafal satu juz Al-Qur'an dan harus selalu hadir dalam
kajian mingguan, ini semua demi mempererat ukhuwah dan meningkatkan kualitas
anggota plus agar selalu menyamakan manhaj dan persepsi, kegagalan sebuah
organisasi adalah jika ketuanya tidak lagi didengar oleh para bawahannya,
Laskar tidak begitu, selalu tunduk dan taat pada Panglima selama masih dalam
kebenaran, jawabnya sambil tancap gas motor. Tak terasa rombongan telah sampai
di daerah Pallangga Gowa, ternyata di sana telah menunggu Panglima Laskar dan
para pasukannya, taksir saya sekitar 70 pasukan dan 40 unit motor. Karena
banyaknya, sehingga polisi acuh tak acuh pada salah seorang Laskar yang tidak
pakai helm, sempat saya tegur, kenapa tak pakai helm, Ini motor sudah mati
surat-suratnya Ustad, jawabnya enteng. Dalam hati, Berarti kesalahan Anda dua
kali, tidak pakai helm dan tanpa surat-surat.
Saya lalu disapa dan disalami oleh Panglima Laskar dan para prajuritnya, salah
seorang berambut agak panjang sedikit duran-duran dengan muka yang bersih,
bereok tanpa kumis menghampiri, Lambang apa itu Ustad? Sambil menunjuk jas yang
membungkus badan saya. Ini lambang KPPSI, jawab saya singkat. Ustad, pengurus
KPPSI di mana? Tanyanya lagi. Saya pengurus KPPSI Pusat, unsur sekertaris,
terang saya. Kebetulan saya juga anggota Jundullah di Bulukumba dulu Ustad,
cuma sekarang menetap di Makassar.
Jundullah adalah organisasi kepemudaan milik KPPSI yang dianggap ekstrim lalu
diblacklist oleh pemerintah dan antiterorisme versi Barat. Padahal, menurut
Drs. H. A. Patabai Pabokori, yang dulu menjabat sebagai Bupati Bulukumba,
terasa sekali kiprah Jundullah di Bulukumba dalam membantu pemerintah mereduksi
kemunkaran dan menumpas maksiat, mereka adalah patner sejati dalam mewujudkan
pemerintahan yang aman lagi damai. Demikian pernyataan Mantan Kadis Pendidikan
dan Ketua Lajnah Tanfisdiyah KPPSI saat ini.
Namun karena dianggap ekstrim, maka, pada Kongres ke-4 Umat Islam, KPPSI di
Pangkep nama Jundullah diganti dengan Pemuda Penegak Syariat. Sempat pula Pak
Patabai pada Kongres ke-5 Sudiang 2014, mengusulkan agar nama Pemuda KPPSI
dikembalikan ke Jundullah.
Saya juga pengurus Pemuda KPPSI, kebetulan ditunjuk menjadi Wakil Ketua, jawab
saya pada salah satu Laskar Jundullah itu. Sebenarnya saya sendiri tidak begitu
mampu menjadi Wakil Ketua, lebih suka menjadi Sekertaris. Lebih tepatnya,
sebagai konseptor. Karena selama ini, konsep-konsep perjuangan Pemuda KPPSI
tidak sedikit yang saya goalkan. Termasuk menumpas pelaku maksiat dan
kemungkaran; melakukan pembinaan pada mereka yang diidentifikasi sebagai
pengidap aliran sesat, seperti Syiah, Ahmadiyah, dan Inkarussunnah; melakukan
regenerasi pemuda penegak syariat dari kalangan mahasiswa, cendekiawan dan
akademisi; melakukan road show ke lembaga-lembaga pendidikan tentang pentingnya
penegakan syariat Islam, dan sejenisnya. Karena itulah hingga saat ini saya
ditunjuk menjadi Juru Bicara Pemuda KPPSI.
Usai bincang-bincang dengan beberapa anggota Laskar, rombongan pun menuju ke
Limbung, singgah di Masjid Besar Limbung, Gowa. Lama-kelamaan, Laskar kian
banyak, halaman Masjid Besar begitu luas tak mampu menampung motor para Laskar
yang terparkir rapi, pasukan kian bertambah, begitu azan Magrib hendak
berkumandan, pasukan kian membludak. Panglima menghampiri, Ustad, kita saja
masuk ke dalam, karena teman-teman terlalu banyak, kalau mereka tau, pasti
ketakutan duluan!
Saya pun masuk ke BTN Bumi Lestari Bajeng, menelusuri Jln. Pramuka, hingga
sampai di Masjid Al-Munawwarah, di masjid inilah dialog akan diadakan, rumah
penganut Syiah itu tepat sekali berada di samping masjid.
Kami salat Magrib berjamaah, bakda salat, para pengurus masjid bincang-bincang,
sambil mencari Dg. Tojeng, karena beliau tidak hadir waktu salat Magrib,
padahal menurut info, beliau sendiri yang memilih waktu. Karena itu, salah
seorang Laskar menghampiri saya, Mungkin acaranya batal Ustad, karena yang bersangkutan
tidak ada, ditelpon tak masuk, istrinya juga begitu, tapi kita tunggu saja
sampai Isya, katanya. Namun tak lama kemudian, Dg. Tojeng datang bersama
istrinya, ia kaget, kenapa banyak orang menunggu dirinya.
Pengurus masjid menghampiri, dan, Ini kan permintaan Dg. Tojeng agar kami
adakan dialog, katanya. Iya, tapi bukan sebanyak ini, saya maunya cuma terbatas
pada penduduk perumahan, bukan orang luar seperti ini, terang Dg. Tojeng dengan
nada tinggi. Kenapa Bapak tidak bilang begitu, makanya kalau bicara itu yang
jelas, yang penting kan Bapak menantang siapa saja yang ingin berdialog! Tegas
pengurus masjid.
Dg Tojeng masuk dalam rumah. Azan Isya berkumandang, bakda salat, saya,
Ustad Farid Nur, Ustad H. Johasan Naro, M.Ag., sebagai Ketua Forum Ummat
Islam (FUI) Gowa, satu perwakilan dari Laskar, dan Ustad H. Samsan, Imam
Kelurahan Bajeng bertamu ke rumah Dg. Tojeng, dengan semangat tuan rumah
berbicara berapi-api, "Saya ini bukan Syiah bukan Sunni, saya Islam, guru
saya juga katakan seperti itu, Prof. Quraish Shihab, dia ini guru besar dalam
tafsir, dan telah menulis banyak buku dan karya besar tafsir, kenapa kita semua
ini yang masih rendah pemahaman agamanya mau-maunya menyalahkan orang lain,
atau memusuhinya hanya karena mereka Syiah, padahal perbedaan Sunni dengan
Syiah itu hanya masalah furu' atau cabang, bukan ushul atau pokok, jadi tidak
usah diperdebatkan!"
Mendengar beliau bertaklim, saya justru memutar-mutar pandangan menyaksikan
foto-foto yang tergantung di dinding rumahnya, nampaknya ada foto imam 12,
termasuk foto Imam Ali, dan satu lagi, mungkin itu foto Husain ra.
Ustad Farid langsung to the point, Bapak ini penganut Syiah, buktinya
gambar-gambar ini berbicara. Oh, tidak, saya pasang foto-foto itu karena sayang
pada keluarga Rasulullah. Jawab Dg. Tojeng.
Ustad Farid dan para jamaah masjid Al-Munawwarah sebenarnya sudah lama curiga
pada Dg. Tojeng, karena kerap sekali melontarkan pernyataan, Kenapa Syiah
dipermasalahkan, justru Syiah adalah aliran yang paling benar dalam Islam.
Setelah tuan rumah bosan dan mungkin capek bicara, Ketua FUI angkat bicara,
Bapak tau kenapa begitu banyak yang datang? Ini menandakan bahwa kedudukan
Bapak sangat meresahkan masyarakat, dan isu ini sangat sensitif, saya harap
Bapak jangan sembarang melontarkan pernyataan yang meresahkan umat.
Saya lalu bertanya, Bapak tadi katakan, Sunni dan Syiah perbedaannya hanya
furu' atau ranting, benar kan? Iya, jawab Dg Tojeng. Saya lalu bertanya, Apakah
rukun Islam dan Iman Syiah sama dengan Sunni? Oh, kalau itu sih, beda! Jawabnya
enteng.
Saya tegaskan, Nah, itu dia kesalahan Bapak. Hentikan itu pernyataan, jangan
sampai orang awam dengar, Awas kalau diulangi lagi. Syiah dan Sunni berbeda
pada pokok dan akarnya, telah difatwakan oleh MUI Pusat agar diwaspadai, Edaran
Depag dan MUI Jatim sebagai aliran sesat dan menyesatkan. Kalau konsumsi
pribadi, bukan masalah, itu urusan Bapak! Tapi kalau dipasarkan, Bapak akan
mendapat masalah besar.
Dg. Tojeng lalu mengangguk, berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, kami
pun pamit. Para penghuni BTN Bumi Lestari Bajeng keluar rumah masing-masing,
menyaksikan lautan Laskar di sekitar Masjid, saya sendiri kaget melihat begitu
banyak pasukan. Panglima menghampiri saya, bersalaman, lalu berterima kasih
karena sudi memenuhi undangannya, Ini sebagai shock therapy Ustad, agar para
penganut Syiah berpikir seribu kali untuk menyesatkan umat.
Motor berderu, meninggalkan Masjid, pasukan Laskar Pemburu Aliran
Sesat
berkompoi, bergerak menuju satu arah. Memburu aliran sesat, mengalahkan
Laskar Pelangi yang memburu mimpi dengan berlayar dari Belitong menuju
Sorbone. Allahu Akbar!
Sumigo, 12 Mei 2014. Ilham Kadir, Wakil Ketua Pemuda KPPSI Pusat